Sabtu, 17 Mei 2014

Symbolic Graduation

Ah... Udah berapa lama sejak post yang terakhir? Really really sorry for all the readers, saya akan mencoba mengupdate blog ini lebih sering. Relax... Blog ini tidak *belum* terbengkalai (banget).

So, hari ini adalah hari bersejarah buat beberapa dari kita. Why? Because we finnaly graduate from our beloved university. Hari-hari di mana kita santai-santai nongkrong di manapun bersama teman-teman terbaik, panik ngumpul belajar bareng bersama temen-temen, gontok-gontokan gara gara tugas kuliah sama temen-temen yang belom beres pas deket deadline... Well, dunia kuliah siapapun ga bakal lengkap tanpa temen temen se geng, se permainan, se hidup semati kita. Karena yang penting bukan ke mana, ngapain, tapi sama siapa.


Sabtu, 19 Januari 2013

Ilusi




Aku mengetuk-ngetukkan jariku di meja sambil melayangkan pandanganku ke sekeliling interior restoran. Pencahayaan yang remang-remang namun tidak gelap memberikan kesan yang menurutku cukup romantis. Kursi dan mejanya terbuat dari bahan kayu, berkesan minimalis. Tapi aku suka. Begitupun dia. Ini memang menjadi tempat favorit kami untuk makan malam. Ah, tidak biasanya dia membuatku menunggu begini. Malah dulu aku yang sering harus meminta maaf dan mentraktirnya seporsi es krim green tea karena terlambat. Belakangan ini malah aku selalu datang lebih dulu daripada Vina.


"Vino!" sebuah suara lembut menyapaku dari arah pintu masuk. Aku tersenyum sambil melambaikan tangan.

"Kamu telat lagi nih. Kena macet di jalan?"

"Iya, mana sebelum itu si papa minta dianterin ke apotik dulu. Mau beli obat darah tinggi kan. Duh maaf banget ya... Kamu udah lama nunggunya?"


Kulirik jam tanganku, 19:50. Itu berarti sudah setengah jam tepat aku menunggu. Tapi tak apalah, yang penting aku bisa bertemu kembali dengan kekasihku.


"Enggak kok!" aku mencoba tersenyum semanis mungkin kepadanya. Kuraih tangannya dan kucoba untuk menggengam jemarinya yang halus. Entah kenapa, dia refleks menarik tangannya. Mungkin ia masih letih sehabis menyetir, pikirku. Aku tak mau berpikir aneh-aneh.

Minggu, 25 November 2012

Seminggu Terindah dalam Hidupku

Hujan merupakan tangisan dari langit, dan bersama dengan hujan, langit ingin kita ikut merasakan kesedihannya. Entah kenapa, aku selalu menangkap sesuatu yang romantis dari hujan. Seakan butiran-butiran air yang menyambar kaca mengajak kita untuk menari bersamanya. Seakan hujan yang menyambar di wiper mobil mencoba membuat kita merasakan kesedihannya. Dan ketika kita terjebak dalam hujan yang deras sampai tidak punya pilihan lain selain mencari tempat berteduh dan menunggu sampai matahari kembali dari persembunyiannya, aku selalu berpikir; mungkinkah ini pertanda dari alam? Bahwa tidak ada yang bisa melawan kekuatan-Nya, sehebat apapun persiapan kita?


Dan hujan juga lah yang selalu membawa kenanganku kembali kepada seorang wanita yang termasuk wanita yang paling kucintai dalam hidupku. Cerita ini bermula ketika dua anak manusia yang terjebak pada sebuah halte bus di Minggu sore yang awalnya cerah. Pertemuanku dengannya terjadi dengan seketika, secepat perpisahan kami.

Kamis, 11 Oktober 2012

Bagaimana Cara Mencinta?

Alkisah, ada seorang anak lelaki yang belum paham cara mencinta. Ia hanya bisa menuntut, merengek, dan protes ketika keinginannya untuk dicinta kembali tidak dipenuhi. Ketika perhatian yang ia curahkan tidak dibalas sesuai harapannya, rasa kesal yang memancar tidak dapat ia kendalikan. Sebenarnya dalam hati kecilnya, ia hanya menginginkan sosok ibu yang membelainya. Ia hanya ingin dicinta. Tapi ia tidak dapat menunjukannya dengan cara yang dinilai sesuai oleh orang-orang di sekitarnya. Tapi siapalah kita untuk mengatur bagaimana seorang mengungkapkan rasa cintanya?

Alkisah, ada seorang anak perempuan yang belum paham cara mencinta. Ia tidak tahu bagaimana caranya mengalihkan rasa yang kuat untuk selalu memperhatikan idaman hatinya. Maka itu, ia melampiaskannya dengan bersikap kasar, ketus, dan seolah-seolah tidak peduli. Padahal dalam hati kecilnya, ia hanya ingin untuk memberikan sedikit kasih sayang, agar sang pangeran bisa sedikit lega beban hidupnya dalam dunia yang keras ini. Hanya saja ia belum belajar bagaimana cara mencinta sebagaimana diharapkan orang-orang di sekitarnya. Tapi siapalah kita untuk mengatur bagaimana seorang mengungkapkan rasa cintanya?

Rabu, 03 Oktober 2012

Para Pencari Stress

Dear readers, embrace yourself! Ber suffix months are coming... (Bulan berakhiran -ber akan segera datang). Sudah berapa banyak dari kita yang menjadi korban dari hujan bulan Oktober yang bahkan baru berjalan belum seminggu? Hehehe... Saran penulis, siapkan sendal jepit di bagasi kendaraan/tas, vitamin c dan makan harus teratur. Mari jaga kesehatan!

Penulisan blog kali ini datang dari satu inspirasi gue saat berada di kamar mandi (lagi mandi, serius). Memang ga salah kalau banyak orang bilang, sumber inspirasi terbaik ya salah satunya adalah kamar mandi. Hal ini diakui oleh Nicole Kidman, Andy Murray, bahkan sampai Rian D'Masiv. Lalu pertanyaan berikut, apa sih yang kepikiran sama gue ketika byur byur nyiram air dari gayung? Stress. Tingkat stress penduduk Jakarta. Korelasi tingkat stress penduduk Jakarta dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Nah itu bisa tuh jadi cadangan judul skripsi nanti...

Kamis, 27 September 2012

Sahabat yang Hilang

"Waktu ku kecil hidupku amatlah senang..."
Harusnya hampir semua remaja Indonesia, minimal yang sekarang sudah menginjak bangku kuliah, pernah mendengar potongan lagu Bunda Piara di atas. Berapa banyak dari kita yang langsung senyum-senyum sendiri atau minimal berhenti sejenak untuk mengenang masa lalu yang indah tersebut? Pasti ada, yakin.

Katanya, jadi anak-anak itu enak. Mau apa tinggal omong, begitu kata Tasya dulu. Ya memang ada benernya sih, karena anak-anak itu juga belum dipusingin oleh kejamnya realita hidup. Belum mengerti kerasnya hidup, intrik-intrik sesama kerabat, dan lain sebagainya. Mereka masih hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan mereka, tanpa perlu musingin bagaimana caranya. Dan sekali lagi, mereka cuma perlu ngomong doang...