Rabu, 25 April 2012

Kacamata Plus

Ada satu tes psikologi yang cukup terkenal dan gue yakin kebanyakan dari pembaca sudah pernah denger sebelumnya. Tes ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang suatu keadaan.



Hasil tes menyatakan apabila kita memandang gelas itu setengah kosong, maka kita cenderung pesimis dalam menanggapi suatu kondisi. Sebaliknya, dengan memandang gelas itu sudah setengah berisi, maka kita dikatakan memiliki pandangan yang lebih optimistis.



Ada suatu lelucon yang berkaitan dengan tes psikologi ini: "Ketika yang lain melihat gelas setengah isi atau setengah kosong, saya bersyukur karena saya masih bisa menambah minuman saya setengah gelas lagi!"

Satu kalimat yang dilontarkan hanya sebagai lelucon, tapi entah kenapa gue merasa ada sedikit sindiran serta sentilan di dalamnya. Di era digital sekarang ini, saat social media seperti Twitter dan Facebook semakin berakar di tengah-tengah masyarakat kita, tanpa disadari kita semakin menjurus untuk menjadi semakin negatif. Kalau mau ditelaah, berapa banyak dari tweet di timeline kita, atau status BBM di recent updates yang berisi keluhan, sindiran, atau sejenisnya?

Beberapa waktu yang lalu, ada satu kalimat dari ceramah di vihara yang menarik dan menancap juga di otak gue (akhirnya). Topik ini disampaikan di kelas remaja waktu itu. Sang penceramah menyelipkan satu kalimat dalam ceramahnya yang berbunyi, "Seberapa banyak dari kita yang masih bisa bersyukur dalam setiap keadaan?"

Ketika kita diserempet pengendara motor di pinggir jalan, mana yang akan kita ucapkan? Apakah sumpah serapah atas kesalahan mereka? Atau bersyukur nyawa kita masih selamat dan kita hanya mengalami luka kecil?

Ketika usaha kita mengalami kesulitan, mana yang akan kita utarakan dengan jelas? Keluhan mengenai situasi ekonomi yang memburuk, atau bersyukur karena paling tidak kebutuhan kita masih bisa tercukupi?

Ketika guru atau dosen kita memberikan tugas yang menumpuk, mana yang akan kita tulis di akun Twitter kita? Keluhan mengenai sulitnya kehidupan akademis, atau terima kasih karena masih bisa mencicipi bangku pendidikan yang mewah dan banyak diimpikan orang yang tak mampu?



Mencoba melihat sesuatu dari kacamata yang lain ini memang ga gampang. Gue pribadi pun lebih sering mengeluh dan menyebarkan energi yang negatif ketimbang yang seharusnya. Tetapi gue tetap percaya, ketika kita bisa melihat segalanya dengan menyertakan rasa bersyukur, dunia ini akan jadi tempat yang lebih baik, karena setiap pribadi dari kita melihat hidupnya dengan lebih indah dan lebih mensyukuri rahmat-Nya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jadilah pembaca yang aktif, tinggalkan komentar dan mari berbagi pikiran!