Kamis, 16 Juni 2011

Workaholic

Masih di tengah-tengah kesumpekan minggu ujian.. Semoga semua bisa terlewati dengan baik!

Sedikit info dan curhat, di rumah gw itu lagi sibuk-sibuknya. Konveksi yang dibuka nyokap gw itu lagi rame kerjaan, dan gw juga lagi pusing sama ujian. Yah bersyukur banget sih kalo rame dan kerjaan numpuk, masalahnya nyokap gw jadi lumayan workaholic. Bangun pagi, kerja. Seharian, kerja. Tidur malem, gara-gara kerja.

Fenomena workaholic, yang baru-baru ini aja mencuat, setelah era globalisasi. Fenomena di mana seseorang menjadi terlalu mementingkan kerjaannya. Pekerjaan jadi yang nomor satu, di atas segala-galanya.

Sebenarnya apa sih yang bikin orang menjadi workaholic? Apalagi kalau bukan karena semakin susahnya memenuhi kebutuhan hidup kita. Dulu jaman di mana makan tinggal metik sayur dari sawah dan motong hewan ternak kalau mau makan mewahan dikit, emangnya ada yang workaholic?



Kalau ditanya soal tujuan hidup, pasti semua orang maunya bahagia. Hidup senang. Hidup enak, cukup, mau apa juga ada. Buat menuhin kebutuhan-kebutuhan kita, memang salah satunya dengan bekerja. Kita dapat uang untuk memenuhi kebutuhan kita secara fisik. Tapi bukannya orang yang kerja terus menerus itu rentan stress dan sakit?Jenuh akan tekanan pekerjaan, hubungan dengan orang-orang terdekat menjadi renggang, dan mengabaikan pola hidup yang sehat. Lalu di mana letak bahagianya?



Cici saudara gw, salah satu wanita yang paling gw hormatin di hidup gw, pernah bilang begini. Di masa muda, orang menukarkan kesehatan untuk harta. Di hari tuanya, orang menukarkan harta demi kesehatan. Apa hidup seperti ini yang kita mau?

Kerja itu emang wajib, buat menuhin kebutuhan kita dan tanggungan kita. Tugas-tugas yang ada, hendaklah semua diselesaikan dengan penuh tanggung jawab. Tapi siapakah pekerjaan itu, sampai-sampai harus membuat kita mengorbankan aspek-aspek kebahagiaan lainya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jadilah pembaca yang aktif, tinggalkan komentar dan mari berbagi pikiran!