Senin, 16 Mei 2011

Siap Kehilangan?

Ahh akhirnya kesampean juga gw buat blog...

Sebenernya, udah lama banget gw pengen buat blog, sebagai tumpahan segala isi kepala gw yang produktif (baca: kebanyakan mikir penting) ini. Dan ini adalah post pertama gw. Di blog ini, gw akan mengshare segala apapun yang ada di otak gw, kadang absurd, kadang pedas, kadang menyentil. Enjoy...

Hari ini, hari pertama gw ngeblog adalah 16 Mei 2011. Tepat satu tahun meninggalnya bokap gw. Dengan keluarga yang menganut keyakinan Buddhist taat, gw sekeluarga hari ini sembahyang untuk menghormati bokap gw. Buat yang Buddhist pasti tau, ada ritual bakar-bakaran rumah-rumahan beserta segala perabotnya dan uang-uangan serta "emas" kertas. Kami percaya kalau semua yang dibakar ini akan sampai ke alam baka buat digunakan di sana. Yah, pada ujungnya, memang percaya ga percaya.



Selama sembahyang, gw sebagai anak lelaki, merasa benar-benar kehilangan. Waktu satu tahun emang udah buat gw terbiasa hidup tanpa sosok bokap, tapi bukan berarti gw bisa benar-benar menerima kehilangan tersebut. Dan mungkin ga akan pernah bisa. Di sini, gw menyadari bahwa setiap orang itu butuh setidaknya dua figur/sosok dalam hidup mereka: figur yang bisa diandalkan dan sosok untuk bersandar. Figur/sosok ayah dan ibu.



Figur ayah yang kuat, kita tahu, apapun masalahnya kita bisa tenang, karena ada ayah di sana. Dia yang akan ngurusin semua masalah tersebut dan menyelesaikan semua. Sesulit apapun masalah, ada bahaya apapun, kita bisa berlindung di balik bahunya. Bahu yang menyimpan setitik kelembutan, bagi orang yang istimewa di hatinya.

Dan juga di saat hati kita hancur karena masalah-masalah di sekitar kita, kita bisa mencari sosok yang satunya lagi, ibu. Ia dengan tangan terbuka, akan senang hati menerima kita yang menangis di pangkuannya untuk menenangkan kita dan berkata, semua akan baik-baik saja, walaupun ia juga khawatir akan kita. Tapi segala kesusahan hati yang ia miliki tak akan ia tunjukkan. Ia hanya ingin memberikan kenyamanan dan membagi kasihnya kepada kita.

Sekarang, dalam hidup gw hanya tersisa 1 figur. Ga ada lagi sosok yang bisa gw andalkan di saat susah. Malah, sebagai anak lelaki, gw harus step up mengisi peran bokap, dan bilang ke nyokap gw kalo dia bisa mengandalkan gw. Gw pun ga tega kalau harus bersikap lemah, karena itu cuma bakal nambah satu masalah lagi di pikiran nyokap gw.

Umur manusia memang ga ada yang tahu. Sekarang sehat-sehat, besok ga tau gimana. Napas yang udah terhembus, belum tentu bisa ditarik lagi. Kehilangan figur-figur tersebut dalam hidup kita bersifat permanen dan selamanya, tapi sudah pasti suatu saat akan terjadi, hanya masalah waktu, karena tidak ada manusia yang hidup abadi. Pertanyaannya adalah, sudah siapkah kita?

3 komentar:

Michelle eimbhem mengatakan...

belumm.. tapi harus siap ..=)
karna semua yang d ATAS yang mengaturnya..

Dea Githa Putri mengatakan...

tulisannya menyentuh, hangat, apa adanya. This could be hard for some guys to write what they feel. but you just showed how a guy could be mellow.
I like the way you wrote, Boy!

Anonim mengatakan...

ya Tuhan, tulisan anda membuat saya ingin pulang ke kampung saya. sudah lama tidak pulang. terima kasih

Posting Komentar

Jadilah pembaca yang aktif, tinggalkan komentar dan mari berbagi pikiran!