Jumat, 27 Mei 2011

Each Day's a Gift, Not a Given Right

Another import from my wordpress. Enjoy, and comment please!

Judul dari post gw kali ini diambil dari sebuah lirik lagu yang berjudul If Today Was Your Last Day. Kalo yang udah baca Tribute to the Hard Voice ,  kemungkinan besar tau kalo lagu ini dibawakan oleh band favorit gw, Nickelback. Yep, itu menjadi alasan kenapa gw mengutip lirik lagu dari mereka, untuk gw jadikan judul post gw kali ini. Tapi ada alasan yang lebih di balik itu. Hal ini bakal kita ketahui sebentar lagi. Keep reading...

Kali ini, gw mau berbagi sebuah cerita. Cerita sederhana yang udah banyak versinya beredar, tapi semuanya tetap aja bagus dan mengharukan. Jujur, pertama kali gw baca cerita ini, mata gw AGAK berkaca - kaca juga loh...

Cerita versi ini gw ambil dari http://beritaku.webkios.info/beli-waktu-ayah/

Enjoy...

Seperti biasa Rudi, kepala cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.

“Kok, belum tidur?” sapa Rudi sambil mencium anaknya.


Biasanya, Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imron menjawab, “Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?”

“Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?”

“Ah, enggak. Pengen tahu aja.”

“Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja, Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?”

Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya.

“Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong,” katanya.

“Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok,” perintah Rudi.
Tetapi Imron tak beranjak.
Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, “Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?”

“Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah.”

“Tapi, Ayah…” Kesabaran Rudi habis.

“Ayah bilang tidur!” hardiknya mengejutkan Imron.
Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya, Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, “Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok’ kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun ayah kasih.”

“Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini.”

“Iya, iya, tapi buat apa?” tanya Rudi lembut.

“Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah,” kata Imron polos.

Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.

Satu hal yang mau gw sorot dari cerita ini adalah, manajemen waktu dari sang ayah. Memang ga salah, bekerja keras, punya kesibukan menumpuk, dan menukar waktu kita dengan uang, untuk orang - orang tercinta kita. Tapi tahukah anda, mereka, selain membutuhkan uang anda, juga membutuhkan DIRI anda, WAKTU anda?



Ada bagusnya kalau kali ini gw selipin lagu Nickelback yang gw kutip sebagai judul, beserta liriknya juga. Siap - siap buffering ya..

Lirik:
My best friend gave me the best advice
He said each day's a gift and not a given right
Leave no stone unturned
Leave your fears behind
And try to take the path less traveled by
That first step you take is the longest stride
If today was your last day
If tomorrow was too late
Could you say goodbye to yesterday
Would you live each moment like your last
Leave old pictures in the past
Donate every dime you have
If today was your last day
Going against the grain should be a way of life
Whats worth the price is always worth the fight
Every second counts cause there's no second try
So live it like you're never living twice
Don't take the free ride in your whole life
If today was your last day
If tomorrow was too late
Could you say goodbye to yesterday
Would you live each moment like your last
Leave old pictures in the past
Donate every dime you have
And would you call old friends you never see
Reminisce old memories
Would you forgive your enemies
And would you find that one your dreaming of
Swear up and down to god above
That you'll finally fall in love
If today was your last day
If today was your last day
Would you make your mark
On ending a broken heart
You know it's never too late
To shoot for the stars
Regardless of who you are
So do whatever it takes
Cause you can't rewind
A moment in this life
Let nothing stand in your way
Cause the hands of time
Are never on your side
If today was your last day
If tomorrow was too late
Could you say goodbye to yesterday
Would you live each moment like your last
Leave old pictures in the past
Donate every dime you have
And would you call old friends you never see
Reminisce old memories
Would you forgive your enemies
And would you find that one your dreaming of
Swear up and down to god above
That you'll finally fall in love
If today was your last day

Jadi? Digunakan untuk apakah waktu anda hari ini?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jadilah pembaca yang aktif, tinggalkan komentar dan mari berbagi pikiran!