Rabu, 17 Agustus 2011

Pilihan Hati

Hidup itu pilihan. Yep, peribahasa ini sering banget gw denger. Pilihan yang kita ambil, apapun itu, semuanya terserah kita. Karena ini hidup kita, kita sendiri yang menjalani. Karena itu, apapun yang terjadi pada kita adalah hasil dari pilihan kita sendiri, dan bertanggungjawablah atas itu.

Andaikan kita dihadapkan pada suatu pilihan yang menyangkut hati : berpisah dengan masih menyimpan perasaan satu sama lain, atau tetap bersama terikat sebuah status, namun tersiksa dengan setiap persoalan setiap hari, karena ekspektasi yang tak kunjung tercapai? Pilihan yang tidak mudah pastinya.

Ketika seseorang menjadi begitu penting dalam hidup kita, kita mulai menaruh harapan kita kepadanya. Kita mengharapkan perhatian, perlakuan manis, pengertian, dan hal-hal lain yang kita dambakan dari sebuah hubungan yang sempurna. Sebuah hubungan ilusi, yang mungkin hanya bertahan satu-dua minggu pada periode kasmaran. Saat-saat dimana bangun pagi terasa begitu indah, dan tidur malam dengan hati berbunga-bunga.

Seiring berjalannya waktu, kedekatan yang ada akan menghasilkan duri. Duri yang ditimbulkan karena jarak hati yang bergesekan. Duri yang dipupuk dari setiap masalah lain dari hidup yang bertumpuk, tak terselesaikan, dan parahnya, tak dapat disuarakan. Yang terpendam jauh di dasar hati. Yang akhirnya menjadi senjata untuk menyerang yang terkasih.

Ketika manusia tak dapat menerima kenyataan, mereka akan marah. Marah dan menyerang sekelilingnya, terutama sumber kekecewaannya. Perhatian yang tak kunjung datang, kata-kata manis yang tidak sempat didengar, cinta yang tak dipertunjukkan secara nyata... Kita marah, karena kenyataan yang berjalan tidak sesuai dengan keinginan kita. Di satu sisi, kita tahu kalau kita telah gagal. Namun diri kita tak mau menerima. Jadilah dalam kemarahan, kita menyakiti tempat kita menggantungkan harapan gagal tersebut, yang mungkin sebenarnya adalah orang terakhir di dunia yang ingin kita lihat menangis.

Sekali lagi, penyesalan selalu datang terlambat. Hanya saja kita terkadang lupa. Dengan kebijaksanaan yang terbatas, manusia akan lupa pada sesuatu saat yang baru datang. Dan saat penyesalan kembali berbalik menuju kita, kita tahu, sudah terlambat untuk berubah.

Menyesal karena sesuatu yang telah terjadi, karena pilihan yang kita ambil, sudah pasti sangat tidak bijaksana. Yang bisa kita lakukan hanyalah bersyukur atas semua yang telah terjadi. Toh, momen-momen indah yang terjadi, adalah suatu anugerah tersendiri. Pastikan saja kalau kita tidak membuat kesalahan yang sama di masa yang akan datang, jika tidak ingin dicibir keledai.

Tulisan ini gw tulis dengan hati yang patah... Jangan kuatir. Kebahagiaan nya gw ga bagi, kesedihannya pun ga akan. Biarkan kami tanggung sendiri. :)

Satu hal aja. Cintai semua orang di sekelilingmu, tanpa mengharap imbalan. Karena tidak akan ada yang tahu, kapan mereka tak lagi di sisimu...

2 komentar:

mywoen mengatakan...

gilaaa yeee.. gw baru baca post lu yg ini.. kaya langsung jlebb!!!!! damn!! hahaha.. Nice post, bro!

hendy mengatakan...

very good story.

Posting Komentar

Jadilah pembaca yang aktif, tinggalkan komentar dan mari berbagi pikiran!