Akhirnya gw kembali bisa megang komputer dan ngapdet blog ini.. *terharu* kesibukan kuliah dan lembur berapa hari udah bikin badan gw mulai merongrong, time to take on those drugs! (vitamin maksudnya)
Okay, sekarang gw lagi pengen ngomongin tentang suatu hal yang emang sebenarnya udah lama mengganjal di kepala gw, dan emang sebenarnya udah sering gw obrolin sama temen-temen gw. Satu hal yang akan gw bagiin di blog ini, gratis...
Untuk memulai post ini, gw mau ngajak kita semua buat nostalgia, kembali ke bangku sekolah/kuliah (pernah kan?). Kalau kita ingat-ingat, pasti lucu juga ya, di kelas tuh pasti jenis manusianya komplit dan beragam! Ada cowok berengseknya, yang jago olahraga, yang centil-centil, bahan ejekan, yang paling bawel, yang suka telat, yang paling rajin, kesayangan guru, dan lain-lain. Kali ini, entah kenapa gw pengen ngebahas siswa/siswi yang berperan sebagai yang rajin, pintar, kesayangan guru, cerdas, dan juara kelas.
Namanya aja udah juara kelas, so pasti dia yang terbaik di kelas itu. Nilai-nilainya adalah yang paling tinggi. Dia udah ngalahin kira-kira 20/30 orang dari segi akademis. Semua didapat dari hasil ketekunan dia sendiri. Hebat ga sih?
Tapi di sini justru ada satu sisi bermasalah, yang mungkin kita semua sadar, tapi pura-pura ga tau (atau emang ga sadar?). Mereka ini, para bintang, itu seringkali sucks kalo menyangkut pergaulan. Bergaulnya ya sama anak-anak pinter lainnya. Di kelas pasti diem dan serius belajar, muka keras dan tegang, kalo diajak ngobrol pasti dihardik!
Pulang sekolah, biasanya pergi les. Weekend pun belajar, jarang ngumpul sama teman-teman. Kalo ngobrol ato kenalan sama orang baru, pasti canggung abis. Ga pinter ngobrol. Pernah punya kan, temen yang kayak gitu?
Secara logika, mereka pastilah yang terbaik di kelasnya. Jelas, penguasaan materinya di atas siswa-siswi lainnya. Tapi pada kenyataannya saat terjun ke masyarakat, benarkah begitu?
Satu seminar yang berisi sesi berbagi pengalaman antara alumni kampus gw, mengatakan kalau hard skill (ilmu/teori) itu perlu, tapi soft skill (membangun relasi, komunikasi,dll) itu juga penting. Para bintang kelas mungkin bisa jago banget dalam bikin laporan-laporan, konsep dan ide, serta memiliki tingkat kesalahan yang rendah. Tapi kalau semua bakat berharga itu ga didukung sama kemampuan bersosialisasi dan komunikasi yang baik, mau dibawa kemana?
Menurut gw lagi, orang tua punya peran penting dalam membentuk pribadi sang anak. Anak itu serupa kertas putih polos, yang pada mereka bisa kita "tuliskan" apapun yang kita mau. Banyak orang tua yang terlalu perduli sama nilai akademis anak, mengabaikan aspek-aspek yang sebenarnya jauh lebih penting dari sekedar tulisan angka di rapor.
As I always said, pendidikan itu penting, tapi ga menjamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jadilah pembaca yang aktif, tinggalkan komentar dan mari berbagi pikiran!